Perbedaan Antara Gumoh dan Muntah pada Bayi
Rabu, 25 Oktober 2023 13:20 WIB | 813 views
Gumoh (spitting up atau gastroesophageal reflux) adalah saat sebagian kecil susu keluar saat bayi sedang makan atau setelahnya. Ini adalah kejadian yang umum terjadi pada bayi hingga usia satu tahun dan dianggap sebagai bagian normal dalam perkembangan mereka. Jumlah susu yang keluar dari mulut bervariasi, biasanya sekitar 1 hingga 2 sendok makan. Bayi yang mengalami gumoh terlihat aktif, nyaman, berat badannya naik dengan baik, dan tidak mengalami masalah pernapasan. Kebanyakan kasus gumoh pada bayi sehat berlangsung kurang dari 3 menit, terjadi setelah makan, dan umumnya tanpa gejala atau hanya gejala ringan.
Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), data dari Indonesia menunjukkan angka kejadian gumoh selama 2 bulan pertama kehidupan bayi lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut data ini, 25% bayi Indonesia mengalami gumoh lebih dari 4 kali selama bulan pertama dan 50% bayi mengalami gumoh 1 hingga 4 kali sehari hingga usia 3 bulan. Sekitar 30% ibu di Indonesia merasa cemas terkait gumoh, dan kecemasan ini lebih terkait dengan frekuensi (66%) dibandingkan dengan volume gumoh (9%). Selain kekhawatiran tentang frekuensi gumoh, orang tua juga sering mengeluhkan gejala lain yang menyertai gumoh, seperti menangis atau rewel.
Gumoh terutama disebabkan oleh ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil (seukuran bola pingpong) dan katup lambung yang belum kuat. Sampai usia 4 bulan, lambung bayi hanya mampu menampung sedikit susu setiap kali mereka makan. Jumlah susu yang berlebihan dapat menyebabkan gumoh. Katup lambung bayi juga belum mampu menutup dengan rapat sehingga susu yang sudah masuk ke dalam lambung dapat kembali naik ke mulut jika jumlah susu terlalu banyak atau jika bayi langsung berbaring setelah makan. Gumoh biasanya terjadi saat bayi makan terlalu banyak, sedang bersendawa, atau menelan banyak udara. Bayi dapat menelan banyak udara jika mereka makan terlalu cepat atau saat mereka menangis.
Gumoh hanya perlu dibersihkan dengan kain bersih untuk mencegah iritasi kulit dan tidak memerlukan pengobatan khusus. Gumoh cenderung berkurang dan hilang ketika bayi mencapai usia 18 hingga 24 bulan, ketika lambung mereka lebih besar dan katup lambungnya lebih kuat. Namun, jika gumoh disertai dengan kesulitan pernapasan (tersedak, batuk, atau bunyi pernapasan yang tidak normal), jumlah susu yang keluar lebih dari 2 sendok makan setiap kali gumoh, atau bayi kesulitan naik berat badannya, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter anak. Meskipun gumoh umum terjadi pada bayi, namun jarang menyebabkan komplikasi seperti peradangan pada saluran pencernaan atas (esofagitis), terjadi hanya sekitar 5%.
Untuk mencegah gumoh, setelah makan, pastikan bayi tetap dalam posisi tegak selama 30 menit, pastikan tidak ada tekanan pada perut bayi, dan selalu mengeluarkan angin dari bayi setelah makan. Tidak perlu memaksakan bayi untuk minum lebih banyak susu dari yang diinginkan.
Meskipun gumoh adalah hal yang normal, banyak orang tua yang kesulitan membedakannya dengan muntah. Berbeda dengan gumoh yang susu keluar dengan sendirinya, saat bayi muntah, mereka terlihat berusaha keras untuk mengeluarkan susu. Bayi yang muntah akan tampak mengerut, tidak nyaman, atau rewel. Sebagian besar kasus muntah bayi dianggap sebagai sesuatu yang tidak normal. Muntah bisa menjadi gejala dari penyakit refluks (gastroesophageal reflux disease), sumbatan pada usus, infeksi telinga, infeksi usus, infeksi paru-paru, peradangan otak, atau alergi terhadap protein. Jika refluks lambung menghasilkan gejala atau komplikasi, maka kondisinya disebut sebagai refluks gastroesophageal (GERD). Pada GERD, gumoh atau muntah biasanya berhubungan dengan penurunan berat badan, rewel, menangis terus-menerus, penolakan makan, atau masalah pernapasan kronis. GERD memerlukan pemeriksaan medis khusus dan pengobatan oleh dokter.
Kekhawatiran orang tua dan masalah peningkatan berat badan yang tidak memadai berhubungan dengan muntah atau gumoh berlebihan, tetapi kasus-kasus ini jarang terjadi. Muntah yang sering, dalam jumlah banyak, disertai dengan gejala lain (diare, demam, kembung), berwarna kuning atau hijau, atau muntah dengan kuat memerlukan pemeriksaan oleh dokter. Muntah yang sering dapat menyebabkan dehidrasi. Tanda-tanda bayi yang mengalami dehidrasi meliputi mata yang tampak cekung, tidak ada air mata saat menangis, kulit kering, mulut kering, terlihat lemas atau rewel, dan produksi urin yang berkurang.
Jika bayi muntah, usahakan agar mereka tetap mendapatkan asupan cairan seperti susu atau oralit. Berikan cairan dalam jumlah kecil dan sering. Namun jika bayi menolak minum, muntah setiap kali minum, atau menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, segera konsultasikan dengan dokter.
Penulis: Dr. Natharina Yolanda
Reviewe: Dr. Badriul Hegar, Sp.A(K), Ph.D
Ikatan Dokter Anak Indonesia
(Foto/Gambar: Ilustrasi spitting up atau gastroesophageal reflux #edited/Potomac Pediatrics)
Berikan Komentar Via Facebook