Ruam popok atau peradangan pada kulit di area bokong, selangkangan, paha, atau sekitar kelamin adalah salah satu masalah yang rentan dialami oleh bayi. Umumnya, ruam popok ditandai dengan bintik-bintik berwarna merah atau bahkan dengan tekstur sedikit kasar.
Beberapa faktor yang berkontribusi pada ruam popok antara lain adalah penggunaan popok kotor dan basah terlalu lama. Di samping itu, gesekan antara popok dengan kulit juga meningkatkan risiko iritasi. Tak hanya itu, bahan popok sekali pakai, tisu basah, sabun, atau losion bayi juga dapat menjadi penyebabnya.
Dilansir dari laman Parenting Indonesia, Dokter Spesialis Anak, dr. Andreas, Sp.A, dalam acara perilisan Merries Skin Protection oleh Kao Indonesia menyebut bahwa ruam disebabkan oleh infeksi virus, jamur, dan bakteri.
Ada beberapa jenis ruam popok, antara lain:
Gesekan, merupakan jenis yang paling sering muncul. Gejalanya berupa kemerahan yang disertai dengan bintik-bintik kecil atau benjolan di area gesekan tinggi.
Infeksi ragi atau disebut dengan dermatitis candida. Berupa ruam merah terang dan lembut yang biasanya dimulai di lipatan antara perut dan paha, yang menyebar dari sana.
Impetigo, merupakan infeksi bakteri sekunder yang ditandai dengan luka besar berisi nanah yang pecah dan mengeluarkan cairan kekuningan, kemudian mengeras.
Intertrigo, berupa ruam mentah yang bisa muncul di lipatan kulit dan bisa gatal atau mengeluarkan cairan putih atau kekuningan.
Bayi Sensitif
Dokter Andreas mengatakan bahwa kulit bayi masih sangat sensitif. Mekanisme kulit anak bayi dalam melindungi dirinya belum sebaik orang dewasa. Ia menjelaskan bahwa jaringan ikat longgar yang dimiliki bayi lebih kendur daripada orang dewasa. Inilah sebabnya kulit bayi mudah kering. Ia menambahkan, "Jaringan ikat longgar seperti ini membuat kelembapan kulit cepat menghilang, sehingga kemungkinan kulit bayi untuk terinfeksi virus dan bakteri menjadi lebih besar.”
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, dr. Andreas berpesan agar orang tua selalu memperhatikan higienitas dalam merawat bayi. “Sebagai organ terluas yang melindungi tubuh, kesehatan kulit perlu dijaga terutama pada kulit bayi yang lebih sensitif dan belum berfungsi optimal,” ujarnya.
Ganti Popok Secara Berkala
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh orang tua menurut dr. Andreas adalah mengganti popok bayi secara rutin. Ia menjelaskan bahwa popok bayi setidaknya harus diganti setiap 3-4 jam untuk mencegah popok terlalu kotor, lembap, atau basah sehingga memungkinkan terjadi infeksi yang dapat mengiritasi kulit.
“Ketika popok basah, di situlah timbul bakteri, virus, dan jamur yang menyebabkan ruam dan infeksi. Itulah yang harus dicegah. Dan terakhir, pastikan popok tersebut higienis atau bersih,” tandasnya.
Pilih Bahan dan Ukuran Popok yang Tepat
Hal penting lainnya yang diingatkan oleh dr. Andreas adalah pemilihan popok yang tepat. Ia mengatakan bahwa pemilihan popok mulai dari bahan, ukuran, fungsi yang cocok untuk bayi memegang peranan penting bagi kenyamanan gerak dan kesehatan kulit bayi. Popok dengan daya serap tinggi dibutuhkan untuk meminimalkan risiko popok lembap, sehingga menyebabkan ruam popok.
Di samping bahan dan kemampuan serapnya, jangan lupa juga untuk memilih ukuran yang tepat. “Para orangtua kalau memilih popok, pastikan ukurannya sesuai dan bahannya nyaman untuk bayi. Jangan memaksakan popok yang ukurannya besar untuk dipakaikan ke bayi, nanti bayi merasa tidak nyaman,” ujar dr. Andreas.
Jika anak sudah semakin bertambah usia, mulailah melatih balita tidak buang air besar (BAB) di popok agar popok tidak cepat kotor. (Foto/Images: Ilustrasi ruam popok pada bayi/iStock)